Kamis, 07 Juni 2012

SUKSES DIBARENGI DENGAN KEBAHAGIAAN

Sukses Tak Selamanya Bahagia

Salah satu ajang pencarian bakat penyanyi yang paling saya sukai adalah Indonesian Idol karena kualitas penyanyi yang dihasilkannya boleh dibilang mumpuni. Tahun 2008 ini merupakan kali kelima Indonesian Idol diselenggarakan. Selama 4 kali penyelenggaraan sudah melahirkan 4 jawara masing-masing Joy Tobing (I), Mike Mohede (II), Ikhsan (III) dan Rini (IV). Pertanyaannya tinggal apakah mereka sudah sukses dan menjadi idola sebagaimana namanya Indonesian Idol?
Secara kualitas vokal rasanya tidak ada yang meragukan para jawara olah suara tersebut. Tapi sayangnya album mereka belum ada yang berhasil menjadi hits di negeri ini. Sangat berbeda dengan di negeri asalnya dimana para jebolan American Idol benar-benar merajai tangga lagu Amerika. Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Bisa karena lagu yan dibawakan memang kurang menjual, bisa karena promosinya yang kurang, atau bisa juga karena pemilihnya (termasuk saya) yang kurang cerdas dalam memilih mereka :-) . Lihat saja Mike Mohede. Kualitas vokalnya bahkan tidak kalah dengan penyanyi-penyanyi kulit hitam amerika. Tapi angka penjualan albumnya tergolong biasa-biasa saja.
Ternyata untuk menjadi sukses memang tidak mudah. Belum lagi ditambah dengan aspek kebahagiaan. Dia butuh waktu, perjuangan, kerja keras, merasakan asam-garam, pahit getir dan proses pematangan diri, kedewasaan serta pendalaman atas aspek spiritualitas. Karena itulah kesuksesan yang diraih secara instan seringkali tidak berumur panjang. Satu hal yang saya yakini adalah bahwasanya ukuran sukses dan bahagia bagi tiap orang berbeda-beda, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa di tengah perilaku masyarakat yang serba hedonis seperti sekarang ini seringkali yang dijadikan indikatornya adalah kepemilikan materi yang berlimpah. Padahal banyak kita temui seseorang yang sukses secara materi tapi miskin secara batin.
Baru-baru ini ada kejadian dimana seorang teman saya yang dalam usia tergolong masih muda sudah memiliki materi yang berlebih. Dia juga rajin berolahraga dan dalam hal makanan boleh dikatakan sangat disiplin. Hal-hal yang berbau kolesterol pasti tidak ada di dalam daftar menunya. Tapi akhirnya dia kena stroke juga. Setelah coba saya telusuri, saya menemukan jawabannya. Ternyata kesuksesan yang diraihnya tidak dibarengi dengan ketenangan hati dan pikiran. Tidak ada keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Ternyata kebersihan dan ketenangan hati serta pikiran jauh sangat menentukan kesehatanseseorang. Hal yang seringkali dilupakan adalah dalam melakukan sesuatu kita selalu menggunakan perhitungan matematis. Kalau saya melakukan A maka hasilnya harus A. Kalau usaha saya B maka imbalan yang saya dapat juga harus B bahkan kalau perlu B plus. Begitu hasilnya ternyata C kita langsung terbebani, ujung-ujungnya stress dan depresi. Padahal hidup ini tidak selamanya matematis. Dibalik segala usaha yang kita lakukan ada sesuatu yang berada diluar kendali kita. Berusaha maksimal tanpa kenal lelah, diiringi dengan doa dan lalu bertawaqal menerima hasil adalah ibarat bentuk segitiga sama sisi yang saling bersinggungan. Jika salah satu sisinya tidak simetris maka bentuknya akan berubah dan keseimbangan yang diharapkan tidak akan terjadi.
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar Rad:26)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al Anaam:32)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta.. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid: 20)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar