Kamis, 07 Juni 2012

KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM


KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

A.      Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli
1.         Pengertian Jual Beli
Kata jual dalam bahasa Arab adalah بيع yang merupakan bentuk masdar dari kata kerja يبيع - بيع -باع  artinya menjual,[1]  sedangkan kata beli dalam bahasa Arab dikenal dengan  شراء yaitu masdar dari kata شرى – يشرى – شراء artinya membeli.[2] Jadi kata jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang, kata jual menunjukkan perbuatan menjual, sedangkan beli adalah perbuatan membeli.
Pengertian jual beli menurut istilah adalah pertukaran harta atas da
sar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.[3] Menurut ulama madhhab Hanbali jual beli adalah saling menukar harta dalam bentuk pemindahan pemilikan. Dalam hal ini mereka memberi penekanan pada kata “pemilikan” karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa-menyewa.[4]


16
 
 
Syeikh Syamsuddin Abu Abdillah mendefinisikan jual beli sebagai penerimaan sesuatu dari penjualan suatau barang yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh shara’.[5] Menurut Hasbi ash-Shiddieqy jual beli adalah aqad yang berdiri atas  dasar penukaran harta dengan harta kemudian terjadilah penukaran milik secara tetap.[6] Menjual sesuatu berarti mengalihkan hak pemilikan sesuatu barang kepada orang lain dengan menerima harga, atas dasar kerelaan kedua belah pihak.[7] Imam Taqiyudin dalam kitabnya Kifâyatu al-Akhyâr mengatakan bahwa pengertian jual beli adalah:

مُقَابَلَةُ مَالٍ بِمَالٍ قَابِلِيْنَ لِلتَّصَرُّفِ بِإِيْجَابِ وَقَبُوْلِ عَلَى الْوَجْهِ اْلمَأْذُوْنِ فِيْهِ[8]

Tukar menukar harta dengan harta yang sebanding untuk dimanfaatkan dengan menggunakan îjâb dan qabûl menurut jalan yang diizinkan oleh shara'. Maksudnya adalah bahwa tukar menukar harta tersebut harus dapat dimanfaatkan sesuai dengan shara’ dan harus disertai dengan adanya îjâb dan qabûl.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa jual beli itu dapat terjadi dengan cara:
a.    Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela.
b.    Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang sah dalam lalu lintas perdagangan.
Cara pertama yaitu pertukaran harta atas dasar saling rela itu dapat dikatakan jual beli dalam bentuk barter (dalam pasar tradisional), sedangkan dalam cara yang kedua, berarti barang tersebut dipertukarkan dengan alat ganti yang dapat dibenarkan. Adapun yang dimaksud dengan alat ganti rugi yang dapat dibenarkan berarti milik atau harta tersebut diperuntukkan dengan alat pembayaran yang sah dan diakui keberadaannya, misalnya uang rupiah dan lain sebagainya.[9]
2.         Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan kebutuhan daruri dalam kehidupan manusia. Dengan demikian manusia tidak akan mampu bertahan tanpa kegiatan jual beli, maka Islam telah menshari’atkan jual beli. Hal ini dapat kita lihat di dalam al-Qur’an dan hâdith mengenai kebolehannya.[10] Dasar hukum tersebut diantaranya:
a.    Al-Qur’an
... 3 ¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4  ... ÇËÐÎÈ  

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.[11]

$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB ... ÇËÒÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”.[12]

b.    Al-Hadits
عَنْ رِفَاعَةِ بْنِ رَافِعٍ أَنَّ النَّبِيَ ص.م. سُئِلَ: أَيُّ اْلكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ: عَمَلٌ الرَّجُلِ بِيَدِهِ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ. (رَوَاهُ البزار وَصَحَحَهُ اْلحََاكِمُ)

Artinya: Dari Rifâ’ah ibn râfi’, sesungguhnya Nabi saw ditanya apa perolehan yang baik-baik? Beliau menjawab: “bekerja dengan tangan sendiri dan tiap jual beli yang mabrur.”[13]

عَنْ اَبِي دَاوُوْدَ بْنِ صَالِحْ المَدَنِيْ، عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. م. إِنَّمَا اْلبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ. (رَوَاهُ إِبْنِ مَاجَهْ)

Artinya: Dari Abî Dâwûd ibn Sâlih al Madanî dari ayahnya, dia berkata: Aku mendengar Abâ Sa’îd al Khudrî berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu atas dasar suka sama suka (rela).”[14]



c.      Ijma’
Para ulama telah sepakat bahwa Jual beli sudah berlaku (dibenarkan) sejak zaman Rasulullah Saw hingga hari ini.[15] Kebolehan jual beli berdasarkan alasan bahwa manusia tidak mampu mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.[16] Sebagai contoh, seseorang yang mempunyai banyak uang tetapi dia tidak mempunyai bahan makanan, maka secara otomatis dia harus menukarkan uangnya dengan orang yang mempunyai bahan makanan, dan hal ini tentu terjadi melalui kegiatan jual beli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar